Minggu, 13 September 2009

Perkembangan Seni Tari Daerah

Meski pelaku dan kegiatan Seni Tari masih relatif banyak, perkembangan seni tari di DI Yogyakarta masih menghadapi berbagai tantangan, antara lain belum optimalnya sinergi antara seniman tari dengan seniman lain. Salonisasi tradisi pun terus terjadi dalam perkembangan tari dewasa ini.

Menurut Penanggung Jawab Program Rekonstruksi Seni Tradisi Taman Budaya Yogyakarta (TBY) Heru Handonowari, seni tari tradisional di DIY sulit berkembang karena kerangka pikir seniman tari yang masih cenderung egois (Pameran Reptil) .

"Para penari asyik dengan diri mereka sendiri-sendiri sehingga sulit berkembang dengan menerima pengetahuan dan masukan dari lintas seni lainnya," kata Heru di kantornya, Jumat (13/4).

Idealnya, menurut Heru, tidak ada batasan dalam berkesenian. Para seniman dari berbagai latar belakang pun dapat saling belajar untuk memperkaya wawasan yang nantinya dapat menjadi bekal untuk mengembangkan karya masing-masing, tanpa harus kehilangan karakter seni yang dimiliki.

Apalagi, dunia seni tari tradisi dalam 10 tahun terakhir semakin terdesak dengan perkembangan tari modern yang tidak diimbangi dengan kuatnya penjiwaan.

"Ruh dan penjiwaan seni tari modern saat ini terasa kurang karena motivasi sebagian besar penari maupun penata tari adalah menonjolkan eksistensi. Dalam proses berkesenian, mereka ingin cepat menguasai tari dan kemudian menjadi populer," tutur Heru.

Salonisasi tradisi

Akibatnya, seperti ***ngkapkan seniman Afrizal Malna dalam sebuah diskusi tari di Universitas Sanata Dharma beberapa waktu lalu, salonisasi tradisi pada tari pun tak dapat dihindari. Ketika sudah berhadapan dengan modernisasi, tari pun menjadi bagian dari industri yang terkadang memangkas karakter-karakter atau Make Up Wajah khasnya untuk mampu bertahan dalam panggung hiburan.

"Kontrak pagelaran tari rutin dalam industri wisata, misalnya, terkadang membuat para seniman tampil seadanya tanpa penjiwaan," ujar Heru. Unsur tradisi pun tak jarang dihilangkan untuk memenuhi standar pertunjukan yang menguntungkan.

Untuk terus menghidupkan unsur-unsur tradisi ini, TBY sendiri terus berkomitmen dalam merekonstruksi seni-seni tradisi yang dulu pernah ada, tetapi sekarang sudah hampir punah. Diharapkan, pendokumentasian kesenian-kesenian itu akan berguna bagi pengembangan kesenian saat ini maupun di masa depan. "Tahun ini kami akan merekonstruksi tari Guntur Segara dari Keraton Yogyakarta dan Reog Dodog dari Gunung Kidul," ucapnya.

kompas-cetak

Dukung Kampanye Stop Dreaming Start Action Sekarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar